MANAJEMEN STRATEGI PENURUNAN KEHILANGAN AIR FISIK




Oleh : Gigih Yuli Asmara ST.
PDAM KOTA MALANG



Dalam penurunan kehilangan air fisik perlu adanya metode & strategi yang sangat efektif agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Strategi yang umum dipakai adalah strategi “segitiga terbalik”, berdasarkan pengalaman PDAM Kota Malang yang mengaplikasikan strategi segitiga terbalik dikombinasi dengan strategi percepatan perbaikan kebocoran fisik, mendapatkan banyak manfaat dalam penekanan kebocoran fisik yang bisa meningkatkan tekanan air yang berkurang diakibatkan karena pipa bocor.

Strategi ini diterapkan di semua DMA yang terbentuk di semua layanan PDAM Kota Malang. Tahap awal adalah memantau water balance DMA, yaitu menghitung NRW di semua DMA yang terbentuk, kemudian dibuat prioritas DMA mana yang akan diturunkan NRW-nya berdasarkan kriteria prosentase NRW tertinggi. PDAM Kota Malang membuat patokan/range prosentase NRW di DMA. Bila NRW > 50% rekomendasinya adalah evaluasi DMA, sedangkan bila 50 % < NRW > 20 % rekomendasinya adalah tindakan penurunan NRW.
Tahap kedua adalah melakukan tindakan steptest di DMA yang menjadi prioritas tindakan penurunan NRW, yaitu teknik untuk mencari lokasi atau area dengan jumlah kehilangan air terbesar di dalam DMA. Cara ini lebih cepat dan efektif dalam menentukan area prioritas yang akan dicari titik bocornya. Untuk menjalankan steptest, dilakukan pada waktu pemakaian minimum antara pk 24.00 – 02.00. teknis pelaksanaannya adalah dengan memasang portable flow meter (ultrasonic flow meter) di pipa inlet DMA untuk merekam aliran air. Kemudian valve di setiap ruas di dalam DMA ditutup secara sistematik dan berurutan. Tahap kedua ini pasti akan diketahui ruas mana yang ada indikasi kehilangan airnya tertinggi.
Tahap ketiga dilanjutkan dengan mencari titik bocor di ruas–ruas prioritas hasil dari steptest, dengan menggunakan instrument deteksi kebocoran seperti noise leak logger, leak correlator, ground mic dan sounding.
Dengan manajemen strategi ini pasti pencarian kehilangan air fisik dapat berjalan efektif, efisien dan juga akan mendapatkan hasil yang maksimal. Tindakan ini harus dilakukan terus menerus dan berkelanjutan di semua DMA prioritas yang mempunyai prosentase NRW tinggi. Selain itu, instrumen–instrumen deteksi kebocoran akan berfungsi secara maksimal bila kita yakin dan tahu bahwa ada kebocoran di ruas pipa ini. Instrumen ini membantu kita untuk mempercepat pencarian titik bocornya. Banyak sekali, di PDAM lain, yang menyimpulkan bahwa instrumennya tidak berfungsi, padahal metodenya yang salah.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen strategi penurunan kehilangan air fisik adalah sistem pelaporan kebocoran dan percepatan perbaikan kebocoran. Hasil dari temuan titik bocor harus segera dilaporkan ke bagian perbaikan agar tidak terlalu lama terjadi kebocoran. Di PDAM Kota Malang, sistem pelaporannya ada melalui SMS center pengaduan atau sistem workoder yang terintegrasi langsung ke bagian perawatan, dalam hal ini pelaksana perbaikan kebocoran pipa. Jadi semakin cepat melapor, maka semakin cepat pula kebocoran pipa diperbaiki, karena bagian perawatan memiliki sasaran percepatan pekerjaan perbaikan pipa, minimal H+1 dari laporan.
Strateginya adalah bagaimana agar bisa cepat diperbaiki? Pertama adalah melakukan percepatan pekerjaan perbaikan pipa minimal H+1 setelah order atau laporan, pembagian giliran dan wilayah petugas perbaikan pipa, serta penggunaan alat perbaikan yang cepat, efektif dan berkualitas.
Pada akhirnya tulisan ini hanya berbagi pengalaman kami bagian NRW di PDAM Kota Malang dalam melakukan manajemen strategi penurunan kehilangan air fisik. Semoga pengalaman ini dapat menjadikan inspirasi bagi PDAM lain di seluruh Indonesia dalam pelaksanaan penurunan kehilangan air fisik yang merupakan salah satu indikator untuk menurunkan air tak berekening.

 Sumber : Klik disini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel